Jumat, 06 April 2012

Hukum 'Iddah dan Perempuan Yang menjalani 'Iddah


Hukum Iddah dan Macam-macam Perempuan Yang Menjalani ‘Iddah
Perempuan yang menjalani ‘iddah terbagi dua :
1.                 1.  Perempuan yang ditinggal wafat oleh suami.
           Perempuan yang ditinggal wafat terbagi dua (2),
a.       Perempuan yang ditinggal wafat oleh suaminya dan sedang Hamil ( kandungan yang dinisbatkan kepada suami yang memiliki ‘iddah) maka waktu iddahnya dengan melahirkan, dalilnya Al-Quran Surat At-Tholaq ayat 4,     
                        وأولات الأحمال أجلهن أن يضعن حملهن ومن يتق الله يجعل له من أمره يسرا 
Artinya : Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah  
                 sampai mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang  
                 bertakwa kepada  Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan  
                 dalam urusannya.
b.      Perempuan  yang ditinggal wafat oleh suaminya dan  tidak sedang Hamil maka waktu ‘iddahnya adalah empat ( 4 ) bulan lebih sepuluh (10 ) hari, dalil Al-Quran Surat Al-Baqoroh ayat 234,
والذين يتوفون منكم ويذرون أزواجا يتربصن بأنفسهن أربعة أشهر وعشرا فإذا بلغن أجلهن فلا جناح عليكم فيما فعلن في أنفسهن بالمعروف والله بما تعملون خبير
Artinya : Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan  
                  isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber'iddah)
                  empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis 'iddahnya, maka
                  tiada dosa bagimu (para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri  
                  mereka menurut yang patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.
2.             1. Bukan karena ditinggal wafat, seperti talak..
             Perempuan yang bukan ditinggal wafat seperti ditolak, sumpah li’an, fasakh dll terbagi  
             dua (2) :
a.       Perempuan yang sedang hamil maka ‘iddahnya dengan melahirkan, dalil Al-Quran  
        surat At-Tholaq ayat 4,
وأولات الأحمال أجلهن أن يضعن حملهن ومن يتق الله يجعل له من أمره يسرا    
 Artinya : Dan perempuan-perempuan yang hamil, waktu iddah mereka itu ialah  
                   sampai   mereka melahirkan kandungannya. Dan barang -siapa yang  
                   bertakwa kepada  Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan  
                   dalam urusannya.

b.      Perempuan yang ditalak oleh suaminya dan tidak sedang mengandung terbagi dua (2):
a.       Perempuan yang masih Haid ( biasa haid dan belum mencapai usia putus haid ),  
        maka ‘iddahnya Tiga quru (tiga kali Sucian), dalil Al-Quran Surat Al-Baqoroh 
        ayat 228,
والمطلقات يتربصن بأنفسهن ثلاثة قروء ولا يحل لهن أن يكتمن ما خلق الله في أرحامهن إن كن يؤمن بالله واليوم الآخر وبعولتهن أحق بردهن في ذلك إن أرادوا إصلاحا ولهن مثل الذي عليهن بالمعروف وللرجال عليهن درجة والله عزيز حكيم
Artinya : Perempuan-perempuan yang ditalak handaklah menahan diri  
                  (menunggu) tiga kali quru. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa
                  yang diciptakan  Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada
                  Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak  merujukinya dalam
                  masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah.  Dan
                  para perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya
                  menurut cara  yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu  
                  tingkatan  kelebihan daripada  isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi
                  Maha  Bijaksana.
b.      Perempuan yang masih kecil, perempuan dewasa tapi tidak pernah haid dan perempuan yang sudah putus masa haidnya, maka ‘iddahnya tiga (3) bulan,
Dalil Al-Quran surat At-Tholaq ayat 4,
واللائي يئسن من المحيض من نسائكم إن ارتبتم فعدتهن ثلاثة أشهر واللائي لم يحضن
Artinya : Dan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi (monopause) di antara
                  perempuan-perempuanmu jika kamu ragu-ragu (tentang masa
                  iddahnya), maka masa iddah mereka adalah tiga bulan; dan begitu (pula)
                  perempuan-perempuan yang tidak haid.


Daftar Pustaka :
1.      Muhammad Ali Ash-Shobuni, Rawai’u Al-Bayan fi Tafsiiri Aayati Al-Ahkam
2.      Muhammad Ibnu Qosi Al-Gizzy, At-Taqriib
3.      Departemen Agama RI, Al-Quran dan Tafsirnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar